Jumat, 14 Maret 2014

Phobia

Phobia (fobia) adalah salah satu tipe dari anxiety disorder, didefiniskan sebagai intensitas ketakutan yang tidak wajar terhadap suatu objek, situasi, binatang atau aktifitas. Orang-orang yang menderita fobia biasanya mengalami reaksi berlebih ketika menghadapi objek yang ditakutinya. Sebenarnya, hampir semua orang memiliki ketakutan terhadap sesuatu, ada yang takut terhadap gelap, petir, ketinggian, laut. Tapi ada perbedaan antara ketakutan sementara  yang terjadi dengan kekhawatiran yang dimiliki orang-orang dengan phobia.

 
Sumber gambar : wordpress

Orang-orang dengan fobia mungkin mengalami beberapa gejala berikut :
  • Jantung berdetak dengan cepat
  • Pusing
  • Kesulitan bernafas
  • Keluar keringat berlebihan
  • Gemetar
  • Lemas

Saya sendiri merupakan penderita fobia, dan beberapa gejala tersebut saya alami. Penderita fobia, termasuk saya, biasanya memahami betul bahwa ketakutanya merupakan sesuatu yang berlebihan dan tidaklah wajar dialami tapi kami tidak mampu menangani rasa takut dan reaksi yang muncul ketika dihadapkan terhadap objek yang kami takuti itu. Hal tersebut sangat mengganggu kehidupan sehari-hari untuk beberapa penderitanya. Untuk kasus saya sendiri, saya tergolong ailurophobia (fobia terhadap kucing) dan fobia ini sangat mengganggu saya. Setidaknya ketika saya harus makan di warung yang ada banyak kucing (ini sering sekali saya alami), saya bisa berpindah-pindah meja hanya untuk menghindari kucing tersebut. Oia, saya juga pernah sampai menendang orang di sebelah saya yang tidak saya kenal (*Maafkaaaaan) karena tiba2 ada kucing muncul di bawah kaki saya. Pernah juga, ketika makan di warung pecel lele bareng mama, saya menaikan kaki ke atas kursi karena ada beberapa kucing berkeliaran disitu dan entah karena apa saya seolah secara otomatis selalu mengawasi keberadaan mereka dan saya tidak bisa tenang selama berada disana. Banyak kejadian konyol dan memalukan yang saya alami karena ketidakmampuan saya mengatasi rasa takut ini.

Sumber gambar : ceritasamofa

Oke, back to topic, jadi malah curhat gini.. -_-'
American Psychiatric Association membagi phobia kedalam 3 kategori :

>> Specific Phobia
Dikenal juga dengan istilah simple phobia, didefiniskan sebagai ketakutan yang berlebihan dan tidak wajar terhadap suatu situasi, tempat, binatang ataupun objek spesifik. Spesific phobia yang paling umum adalah fobia terhadap binatang, misalnya seperti kasus saya tadi ailurophobia, kemudian ada juga cynophobia (phobia anjing), musophobia (phobia tikus),  ophidiophobia (phobia ular), arachnaphobia (phobia laba-laba). Masih banyak lagi spesific fobia yang tercatat, ada fobia terhadap bawang, debu, jam, menari, salju, penerbangan, kereta, rumah sakit, rambutan, pisang, mangga, pohon dan lainya. 

>> Social Phobia
Dikenal juga dengan social anxiety disorder, didefinisikan sebagai ketakutan berlebihan terhadap suatu kondisi atau situasi sosial atau bisa juga didefinisikan sebagai ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik . Social phobia yang paling sering dialami adalah ketakutan untuk berbicara di depan umum. Kondisi sosial yang ditakuti biasanya seperti berkelompok, kencan, berbicara dengan orang asing, wawancara dan kondisi sosial lainya.

>> Agoraphobia
Agoraphobia adalah ketakutan berada di tempat dimana bantuan tidak tersedia. penderita agoraphobia selalu takut pada kerumunan atau menjadi penyendiri. gejalanya yaitu Mengurung diri dalam rumah untuk beberapa saat, bergantung pada orang lain, takut sendiri, takut berada di tempat yang memungkinkan tidak bisa lari, dan tak berpengharapan. (Sumber : detik)

Fobia, biasanya terjadi sejak masa kecil. Penyebabnya pun beragam, biasanya terjadi akibat pengalaman ataupun pengaruh lingkungan dan keluarga. Saya sendiri sampai sekarang tidak tau penyebab dan kapan fobia saya ini muncul, yang saya tau hanya sejak kecil saya memang sudah takut terhadap kucing. Saya tidak ada ingatan sama sekali mengenai pengalaman buruk yang saya alami dengan kucing namun setiap kali saya melihat kucing, saya seperti menciptakan ilusi bahwa kucing tersebut akan mengamuk dan menerkam saya, mencakar kemudian menggigit.

Sumber gambar : sarah

Dalam kondisi normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takutnya, namun jika terus menerus terpapar, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fikasasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan ketidak mampuanya dalam mengendalikan rasa takut. Fiksasi juga dapat terjadi karena trauma yang ekstrim. Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan ia tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber fobia secara otomatis ia akan merasa cemas dan agar ia merasa "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya. (Sumber : wikipedia)

Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh keluarga, sahabat atau orang-orang terdekat dari penderita fobia. Jangan menambah lagi pengalaman buruk penderita terhadap objek yang ditakuti. Misalnya sengaja mengunci seseorang yang takut kucing di ruangan yang sama dengan kucing , memasukan laba-laba ke dalam tas penderita fobia laba-laba ataupun hal lainya. Beberapa kali saya mengalami pengalaman buruk karena usilnya teman atatupun keluarga saya. Pernah suatu hari saya terbangun dan tepat di samping saya ada kucing yang juga tertidur (Ini pasti kelakuan kakak/adik saya, mereka itu usilnya memang kadang-kadang berlebihan -_- ). Saat itu saya tidak bisa berpikir banyak, saya langsung menendang kucing yang tidak bersalah itu (maafkan kuciiing.. ) dan langsung lari keluar kamar sambil menangis.

Sumber gambar : pusathipnoterapi

Lalu pertanyaan berikutnya bisakah fobia ini disembuhkan? jawabanya bisa, bahkan saya sudah mencari beberapa referensi mengenai orang-orang yang berhasil sembuh dari fobia. Kebanyakan dengan melakukan terapi oleh ahli kesehatan psikis. Konsultasi dan penanaman sugesti baru mengenai objek yang ditakuti merupakan cara cukup ampuh untuk mengatasi masalah ini.

So, buat sesama penderita fobia, kalau ada info mengenai terapis yang bisa dipercaya, bisa saling share yaa.. Saya belum menemukan terapis yang bisa saya percaya, karenanya saya mencoba terapi sendiri. Usaha yang saya lakukan untuk mengendalikan rasa takut itu beberapa diantaranya adalah :
>> Latihan melihat gambar kucing (yang ini sudah bisa saya atasi, sebelumnya saya takut melihat gambar kucing, sekarang setidaknya detak jantung saya normal melihat gambar itu, hanya saja memang masih terlihat seram dimata saya.)
>> Mendengarkan suara kucing (Yap, pelan-pelan akhirnya saya terbiasa mendengarkan tanpa harus merasa takut lagi)
>> Mengatur nafas saat bertemu kucing sambil menekan jari jempol tangan saya dan menenangkan diri. Dulu kalau ada kucing walaupun jauh saya sudah merasa sangat takut, sekarang selagi saya masih memiliki ruang untuk melarikan diri, saya masih bisa megontrol rasa takut tersebut. Tapi jika ruangannya terlalu sempit atau kucingnya terlalu dekat dengan saya, ketakutan dan reaksi yang muncul masih belum bisa sepenuhnya saya kontrol.

Oia, saya juga baru mendapat saran dari salah dua dosen saya (makasih pak setiadi dan bu fitri) , mereka menyarankan agar saya memelihara kucing dari bayi untuk mengatasi fobia ini. Saya jadi terpikir untuk mencari bayi kucing, bukan untuk dirawat (saya takut kucingnya mati, saya juga belum berani sih.. ) tapi untuk dilihat dan coba dipegang, barangkali saja kalau anak kucing saya berani. Tangan tiba-tiba dingin gini ngebayangin megang anak kucing.. Bismillah, saya tidak mau selamanya terjebak fobia. Bu Ani juga menyarankan agar saya secepatnya mengatasi fobia ini, jadi terharu.. :') Salah seorang teman saya yang juga mengalami fobia, dia berhasil mengurangi rasa takutnya dengan menghadapi ketakutan itu. Karenanya saya ingin benar-benar mencoba, saya ingin sembuh.

Saya yakin semua penderita fobia ingin sembuh. Hanya saja kami memang memiliki masalah, kami tidak memiliki kepercayaan diri untuk dapat sepenuhnya lepas dari fobia. Dukungan dan pemberian sugesti baik akan sangat bermanfaat bagi kami. Dan untuk semua penderita fobia, jangan putus asa. Pelan-pelan kita pasti bisa mengatasi rasa takut ini. :)

Keep calm and cure phobias. :)

Semoga bermanfaat,

Cokelat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar